Baha Village is one of the bases of freedom fighters in Bali. Since 1992 this village is declared  a tourist village with various tourism potential, located in District Mengwi, Badung Regency. The distance is about 30 km or 60 minute from I Gusti Ngurah Rai International Airport.

The largely rice field keeps the traditional irrigation system, called “Subak”. Subak Community in this village has a meeting room called Balai Subak Lepud, used as a meeting place and various ceremonies related to agriculture. The homes of residents in the Baha village with their traditional architecture, quite interesting Object of interest to tourists who visit it, especially for the observes of architecture and landscape.

The Baha Village has a Cak Group, both men and women, Legong performance and recreational fishing. Villages that can be categorized as ancient villages are also rich with craft activities such as carvings, rattan, Hindu religious ceremonies and other domestic industries.

Desa Baha adalah salah satu basis pejuang kemerdekaan di Bali. Sejak tahun 1992 desa ini dinyatakan sebagai desa wisata dengan berbagai potensi wisata, yang terletak di Kabupaten Mengwi, Kabupaten Badung. Jaraknya sekitar 30 km atau 60 menit dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Sebagian besar sawah menyimpan sistem irigasi tradisional, yang disebut "Subak". Komunitas Subak di desa ini memiliki ruang pertemuan yang disebut Balai Subak Lepud, digunakan sebagai tempat pertemuan dan berbagai upacara yang berhubungan dengan pertanian. Rumah-rumah penduduk di desa Baha dengan arsitektur tradisional mereka, Objek menarik yang cukup menarik bagi wisatawan yang mengunjunginya, terutama untuk mengamati arsitektur dan lansekap.

Desa Baha memiliki Kelompok Cak, baik pria maupun wanita, pertunjukan Legong dan memancing rekreasi. Desa yang dapat dikategorikan sebagai desa kuno juga kaya dengan kegiatan kerajinan seperti ukiran, rotan, upacara agama Hindu dan industri domestik lainnya