Overview

Sangeh Village, Located about 35 km from I Gusti Ngurah Rai International Airport, can be reached within 1 hour. This area is situated in Sangeh Village, Abiansemal Sub-District, Badung regency.

Sangeh Forest or sometimes called as Nutmeg Forest is known for its 13 hectares of forest dominated by nutmeg trees and majority of its inhabitants are long-tailed gray apes (Macaca fascicularis).

Bases on the mythology, the name of Sangeh consists of two words, namely “Sang” meaning “man” and “Ngeh” meaning “See”. So Sangeh can be interpreted as a person who “See”. According to the legend, the forest which is now called Sangeh occured when a princess of the Gods from Mount Agung wanted to move to Mengwi. In the evening the nutmeg forest also walked to accompany the Goddess. However, on their way, there were people who looked at their movement, then the forest stopped there up to the present. The Goddess then is referred to as having her shrine at Bukit Sari Temple, the temple in the middle of Sangeh Forest while her warriors were cursed into the monkeys who remained faithful to accompany the Goddess in the forest.

Entering this area, at the Candi Bentar (the gate), there is a large statue of a giant knight, namely, kumbakarna being attacked by dozens of apes. The statue depicts the story of Ramayana puppet which is very well known in Bali. Around Kumbakarna Status there are two lion statues. There is a small temple called Melanting Temple in the middle of forest area and large temple called Pucak Sari Temple. At the end of the path to the exit way, there is a giant sacred nutmeg tree.

These trees have uniqueness and they are called as Lanang and Wadon trees (male-female trees). These threes named so, because the nutmeg trees are shaped like male and female genital mutually side by side. The miracle of those trees constitutes an interesting uniqueness in tourist areas of sangeh

 

Desa Sangeh, Terletak sekitar 35 km dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Daerah ini terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

Hutan Sangeh atau kadang-kadang disebut sebagai Hutan Pala dikenal dengan hutan seluas 13 hektar yang didominasi oleh pohon pala dan mayoritas penghuninya adalah kera abu-abu berekor panjang (Macaca fascicularis).

Berdasarkan pada mitologi, nama Sangeh terdiri dari dua kata, yaitu "Sang" yang berarti "manusia" dan "Ngeh" yang berarti "Lihat". Jadi Sangeh dapat ditafsirkan sebagai orang yang "Lihat". Menurut legenda, hutan yang sekarang disebut Sangeh terjadi ketika seorang putri para Dewa dari Gunung Agung ingin pindah ke Mengwi. Di malam hari hutan pala juga berjalan untuk menemani Dewi. Namun, dalam perjalanan mereka, ada orang-orang yang melihat gerakan mereka, lalu hutan berhenti di sana hingga saat ini. Sang Dewi kemudian disebut sebagai memiliki kuilnya di Bukit Sari Temple, kuil di tengah Hutan Sangeh sementara prajuritnya dikutuk ke dalam monyet yang tetap setia untuk menemani Dewi di hutan.

Memasuki daerah ini, di Candi Bentar (gerbang), ada patung besar seorang kesatria raksasa, yaitu, kumbakarna diserang oleh puluhan kera. Patung itu menggambarkan kisah boneka Ramayana yang sangat terkenal di Bali. Sekitar Status Kumbakarna ada dua patung singa. Ada sebuah kuil kecil yang disebut Candi Melanting di tengah kawasan hutan dan kuil besar yang disebut Candi Pucak Sari. Di ujung jalan menuju jalan keluar, ada pohon pala suci yang sangat besar.

Pohon-pohon ini memiliki keunikan dan mereka disebut sebagai pohon Lanang dan Wadon (pohon jantan-betina). Ini bertiga dinamai demikian, karena pohon pala berbentuk seperti alat kelamin laki-laki dan perempuan yang saling berdampingan. Keajaiban pohon-pohon itu merupakan keunikan yang menarik di kawasan wisata sangeh

 


Facilities
  • Toilet
    Men and Woman
  • Parking Lot
    Car and Motorcycle
  • Store
    Gift Store

Infrastructure
  • Villa
    Rate 3-5
  • Shopping
    Hypermat/Traditional Market
  • Guest House
    Rate 1-3 Star

Reviews










Map Locations